Pilih Mana? Situs atau Sites? Elektrik atau Elektris?

translation_articles_icon

ProZ.com Translation Article Knowledgebase

Articles about translation and interpreting
Article Categories
Search Articles


Advanced Search
About the Articles Knowledgebase
ProZ.com has created this section with the goals of:

Further enabling knowledge sharing among professionals
Providing resources for the education of clients and translators
Offering an additional channel for promotion of ProZ.com members (as authors)

We invite your participation and feedback concerning this new resource.

More info and discussion >

Article Options
Your Favorite Articles
You Recently Viewed...
Recommended Articles
  1. ProZ.com overview and action plan (#1 of 8): Sourcing (ie. jobs / directory)
  2. Réalité de la traduction automatique en 2014
  3. Getting the most out of ProZ.com: A guide for translators and interpreters
  4. Does Juliet's Rose, by Any Other Name, Smell as Sweet?
  5. The difference between editing and proofreading
No recommended articles found.

 »  Articles Overview  »  Art of Translation and Interpreting  »  Translator Education  »  Pilih Mana? Situs atau Sites? Elektrik atau Elektris?

Pilih Mana? Situs atau Sites? Elektrik atau Elektris?

By Harry Hermawan | Published  05/17/2006 | Translator Education | Recommendation:RateSecARateSecARateSecIRateSecIRateSecI
Contact the author
Quicklink: http://bel.proz.com/doc/713
Author:
Harry Hermawan
Інданезія
англійская → інданезійская translator
Широкий ассортимент стрейч пленки пленка стрейч купить в москве http://streych-plenka-msk1.ru/.
 
View all articles by Harry Hermawan

See this author's ProZ.com profile
Era global mengharuskan kita yang berbahasa Indonesia turut aktif mengadaptasikan keberbahasaan masing-masing diri mengikuti pola yang merasuk ke negeri ini. Dengan kata lain jika tren kebahasaan adalah mempelajari dan memakai bahasa Inggris maka siapapun yang tidak berbahasa Inggris tentu akan ketinggalan.

Demikian pula dalam bidang penerjemahan. Istilah asing yang masuk sebegitu banyak mengharuskan kita turut andil beradaptasi secepatnya agar mengalihkan susunan kata-kata asing pada pola pikir Indonesia. Setidaknya aktivitias pengalihan suatu kata asing ke dalam bahasa Indonesia harus segera ditindaklanjuti sehingga generasi yang lebih muda yang dapat beradaptasi lebih cepat dapat ikut menikmati indahnya keberagaman kebahasaan yang dipungut dari bahasa di luar bahasa Indonesia. Masalahnya adalah terletak pada pengambilan pilihan kata.

Pilihan kata dari sumber kata asing ke dalam bahasa Indonesia cukup beragam. Adakalanya pengambilan atau pemungutan kata padanan asing berasal dari bahasa Indonesia sendiri atau mungkin cangkokan dari bahasa daerah, bahasa asing atau arab/latin atau bahasa sumber yang diindonesiakan.

Terlepas dari mana yang dipilih sepertinya pilihan akhir jatuh di tangan pemakai akhir/end-user. Jika yang memakainya adalah orang yang berpengaruh di masyarakat tentu akan semakin menggelinding pemakaiannya ibarat sebuah bola yang digelindingkan turun dari bukit. Makin lama makin cepat yang pada akhirnya menjadi sesuatu yang biasa terlepas dari baik atau buruk.

Terlebih lagi dalam bidang teknologi informasi pilihan kata sites yang dialihkan dengan kata situs yang berafiliasi bahasa latin membawa kepada kita suatu ingatan bahwa bahasa Indonesia terkadang disebut bahasa Latin jika dibandingkan dengan generasi kakek kita, dimana bahasa Indonesia versi arab masih berlaku. Jadi ada pergeseran paradigma kebahasaan dari arabisasi ke latinisasi. Atau jika kita ingin mengalihkan kata electric dari bahasa Inggris mungkin akan ada dua lema yakni elektris dan elektrik, kiblat pertama tentu adalah adanya unsur kebelandaan sedangkan yang diakhiri dengan huruf k berafiliasi kepada kiblat dewasa ini yakni Inggris, terlepas dari British English atau American English.

Memang kita di era sekuleristik ini (era yang tidak terlalu memperdulikan dunia kini yang bertautan dengan dunia akhirat) ‘campur tangan Tuhan’ tidak akan ada ikatan. Teori-teori kebahasaan selalu mengingkari adanya peran ‘Tuhan’ yang bercampur dalam pemilihan kata yang pas ketika masuk ranah budaya lain. Padahal pasti hal ini akan ada campur tangan yang Maha Kuasa.

Terlepas dari opini pribadi di atas sepertinya kita harus cukup puas dengan teori bahwa pilihan kata yang dipilih adalah pilihan kata yang banyak dipakai. Jika lingkungan kecil dimana pilihan kata yang dipakai harus diterapkan dalam aktivitas kebahasaan maka ketika keluar lingkungan baru pilihan kata terpilih pun harus digantikan dengan yang pas saat masuk lingkungan lain sang pemakai bahasa.

Misalnya saja dalam lingkup remaja istilah orang tua tentu kurang pas ketika masuk lingkungan yang mengharuskannya memakai istilah ortu, bokap, nyokap, babe, dll. Setidaknya kemampuan beradaptasi ini pasti akan dimanfaatkan oleh setiap pemakai bahasa. Pun ketika seorang pejabat berkata kenaikan harga sebagai pilihan pra pemilihan jabatan, maka penyesuaian harga pasti akan dipilihnya saat telah terpilih.

Tentu sebagai orang biasa kita harus mahfum dengan rangkaian paragraf yang telah disajikan. Setidaknya kesamaan pendapat dan bahkan ketidaksamaan pendapat pun pasti akan ada.

Dari sedikit paparan kata-kata ini, saya hanya ingin menyampaikan kepada segenap pembaca bahwa pilihan kata akhir pasti ada pada kita dan jika kita berkeimanan (dalam hal ini berkeyakinan) pasti pilihan katapun mengikuti apa yang kita percayai dan yakini sebagai pilihan terbaik dari kata-kata yang telah disediakan oleh orang-orang sebelum kita.

Namun, satu hal yang pasti, kita akan dapat turut serta menghidupkan bahasa sendiri dengan keyakinan bahwa sekecil atau sebesar apapun kontribusi yang kita lakukan pasti akan mempunyai peran dalam mewujudkan kedewasaan bahasa Indonesia, setidaknya eksplorasi yang kita lakukan akan memperkaya wawasan diri sendiri dan kemungkinannya wawasan orang lain.


Copyright © ProZ.com, 1999-2024. All rights reserved.
Comments on this article

Knowledgebase Contributions Related to this Article
  • No contributions found.
     
Want to contribute to the article knowledgebase? Join ProZ.com.


Articles are copyright © ProZ.com, 1999-2024, except where otherwise indicated. All rights reserved.
Content may not be republished without the consent of ProZ.com.